Senin, 13 April 2009

SILASE

Silase adalah pakan ternak dalam bentuk awetan yang berasal dari tanaman segar yang diawetkan melalui proses ensilase.

 1.      ALAT DAN BAHAN

-         Bahan Utama ; berbagai macam hijauan, seperti rumput, legume, campuran rumput dan legume.

-         Bahan Pelengkap (starter) dapat berupa tetes (molase), bekatul, tepung gaplek, dsb.

-         Silo, yaitu tempat untuk berlangsungnya proses pemeraman (proses ensilase). Bahan untuk membuat silo dapat dari tanah, baja, beton, anyaman bambu, plastik dll.

Bentuk silo juga bermacam-macam, yaitu :

-         Bentuk silo di atas tanah

-         Bentuk silo di bawah tanah

-         Silo yang berada di bawah tanah dalam bentuk pit (pit silo)

-         Tower

-         Kantong plastik

 

2.      CARA MEMBUAT

-         Bahan hijauan dilayukan, kemudian dipotong pendek-pendek sekitar 5 - 10 cm, kemudian bahan tersebut ditimbang sebanyak 100 kg.

-         Timbang bahan pelengkap/strater sebanyak 5 – 10 % dari bahan utama (hijauan).

-         Ke dalam silo masukkan bahan utama dan bahan pelengkap, ada 2 cara yaitu :

·        dicampur secara merata

·        disusun secara berlapis-lapis : hijauan-starter-hijauan-starter dst.

-         Mampatkan hingga udara di dalamnya sesedikit mungkin dan tutup dengan rapat, bisa ditambahkan batu pemberat di atasnya.

-         Diamkan silase dalam silo selama 2 – 3 bulan, kemudian silo bisa dibuka dan silase siap diberikan ternak setelah diangin-anginkan selama 15 – 30 menit.

  

3.      PEMBERIAN PADA TERNAK

Oleh karena silase bersifat asam, pemberiannya pada ternak tidak dapat 100 % menggantikan hijauan (rumput), tetapi maksimal 75 %.

 

4.      KEUNTUNGAN SILASE

-         Dapat dipakai sebagai sumber pakan bagi ternak, terutama disaat musim kemarau.

 

5.      YANG HARUS DIPERHATIKAN

-         Silase yang baru saja diambil dari silo, jangan langsung diberikan pada ternak, tetapi diangin-anginkan 15 – 30 menit dulu.

-         Silase yang sudah rusak jangan diberikan ke ternak karena bisa keracunan.

-         Bila akan mengambil silase dari silo, bukalah penutup secara hati-hati dan tutup kembali dengan rapat. Denagn cara ini dapat bertahan 5 – 6 bulan.

-         Jangan memberikan silase pada ternak perah yang sedang laktasi, karena bisa mempengaruhi bau air susu.

 

6.      TANDA SILASE YANG BAIK

-         Warna tetap seperti warna hijauan aslinya (hijau)

-         Bau dan aroma khas silase, tidak berbau busuk

-         Tekstur tidak menggumpal

-         pH asam

-         tidak berjamur.

Minggu, 05 April 2009

DEFOLIASI

Defoliasi ialah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia maupun oleh renggutan hewan itu sendiri di waktu ternak itu digembalakan.

Sehubungan dengan defoliasi berikut ini akan dikemukakan mengenai saat defoliasi, frekuensi defoliasi dan tinggi rendahnya batang tanaman yang ditinggalkan, dan potong paksa. 

 1.      Saat defoliasi

Untuk menjamin pertumbuhan kembali (regrowth) yang optimal yang sehat dan kandungan gizi yang baik, defoliasi diharuskan dilakukan pada periode tertentu yakni pada akhir vegetatif atau menjelang berbunga. Di dalam praktek, biasanya defoliasi dilakukan 40 hari sekali pada musim penghujan dan 60 hari sekali di musim kemarau. Kesemuanya hanya bias dilakukan apabila pemeliharaan itu baik.

Perlu dijelaskan di sini bahwa salah satu factor yang mempengaruhi pertumbuhan kembali ialah adanya persediaan bahan makanan (food reserve) berupa karbohidrat di dalam akar dan tunggal yang ditanggalkan setelah defoliasi. Karbohidrat ini dihasilkan oleh proses asimilasi. Segera setalah defoliasikarbohidrat ini dirombak oleh enzim tertentu menjadi energi untuk pertumbuhan kembali.


Periode Pertumbuhan

Pertumbuhan tanaman hijauan bias dibedakan menjadi 3 periode, yaitu :

  1. Periode perkecambahan atau awal pertumbuhan

Yaitu periode di mana tanaman mulai tumbuh. Jika defoliasi dilakukan pada periode ini, maka hijauan tersebut nilai gizinya relative tinggi dan serat kasarnya pun masih rendah. Untuk mempertahankan agar supay hijauan tetap dalam keadaan muda, makam tanaman harus sering dipotong. Tetapi defoliasi yang dilakukan pada periode ini kurang menguntungkan, karena akan memperlemah pertumbuhan kembali, dengan demikian tanaman tak ada kesempatan tumbuh kemali dengan baik, sehingga tanaman liar akan tumbuh subur.

  1. Periode vegetatif

Periode vegetatif yaitu periode sesudah awal pertumbuhan sampai menjelang berbunga. Jika defoliasi terhadap tanaman dilakukan pada periode ini sungguh sangat tepat atau merupakan saat pemotongan yang optimal, sebab :

-         kandungan nilai gizi tananam masih cukup tinggi, belum banyak yang hilang menjadi buah (biji)

-         kandungan serat kasarnya belum begitu tinggi.

-         Kesempatan untuk tumbuh kembali masih baik.

-         Rasanya masih enak (palatable)

 

  1. Periode berbuah

Yakni periode di mana tanaman sudah mulai membentuk biji. Pada periode ini kandungan serat kasar tanaman sangat tinggi. Hal ini kiranya bias dimaklumi karena semakin tua tanaman akan semakin banyak serabut yang digenangi oleh lignin yang mengeraskannya, sehingga kebanyakan dari sel-sel tanaman itu diselubungi oleh zat yang tak dapat dicerna dan itulah sebabnya nilai gizi makanan akan menurun pula. Denagn sebagian besar zat-zat makanan yang berguna bagi keperluan hewan sudah hilang untuk pembentukan biji.

Maka suatu hal yang kurang tepat apabila defoliasi itu dilakukan pada periode ini.

Utk lebih jelasnya perhatikan diagram pertumbuhan berikut :  


 

2.      Frekuensi defoliasi

Frekuensi defoliasi (berulang kalinya pemotongan terhadap tanaman hijauan) perlu dipikirkan oleh setiap peternak yang bersangkutan. Sebab sehabis defoliasi, pertumbuhan kembali tanaman memerlukan zat-zat yang kaya energi seperti gula dan pati, yang erat hubungannya dengan zat-zat N, P dan K. Pada interval pemotongan yang panjang keadan tidak mengkawatirkan tetapi pada interval pemotongan pendek atau intensitas pemotongan yang tinggi maka karbohidrat dalam akar akan menurun sehingga dapat mengganngu pertumbuhan kembali, sebab pembentukan karbohidrat merupakan proses asimilasi. Hal ini disebabkan tanaman tidak ada kesempatan untuk berasimilasi. Pada karbohidrat ini setelah defoliasi segera dirombak oleh enzyme tertentu menjadi energi. Dan zat tersebut kemudian dipergunakan untuk pertumbuhan. Itulah sebabnya maka jarak antara pemotongan (frekuensi defoliasi) yang pertama dan kedua perlu diatur baik-baik. Secara umum bias diatur bahwa defoliasi di musim penghujan 40 hari sekali dan 60 hari sekali di musim kemarau.

 

3.      Tinggi rendahnya batang yang ditinggalkan

Pada saat tanaman rumput itu dipotong, bagian tanaman yang ditinggalkan tidak boleh terlalu pendek atau terlalu tinggi. Sebab semakin pendek bagian tanaman yang ditinggalkan, pertumbuhan kembali tanaman tersebut akan makinlambat, karena persediaan energi (karbohidrat) dan pati yang ditinggalkan pada tunggul pun semakin sedikit. Sehingga kesempatan berasimilasinya tanaman pun menjadi semakin berkurang. Demikian pula sebaliknya jika pada saat defoliasi itu bagian tanaman yang ditinggalkan terlalu tinggi pun tidak benar. Sebab hal ini akan memberikan kesempatan terhadap pertumbuhan tunas batang saja, tetapi pertumbuhan anakan tak bias berkembang.

Itulah sebabnya maka dianjurkan kepada para peternak agar benar-benar memperhatikan hal ini. Sebagai pedoman untuk rumput gajah, benggala ± 10 cm dari atas tanah, rumput setaria  ± 5 cm.

 

4.      Potong paksa

Untuk tanaman rumput yang pertama kali ditanam, maka setelah berumur 60 hari perlu dilakukan potong paksa, baik tanaman itu masih rendah maupun sudah tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk :

-         Menstimulir pertumbuhan dan untuk memperbanyak anakan.

-         Menyeragamkan pertumbuhan berikutnya