1. Bahan-bahan yang digunakan :
a. Kotoran sapi
Kotoran sapi merupakan bahan utama pembuatan pupuk organik karena komposisinya paling banyak yaitu sekitar 85 % dari total bahan. Pada prakteknya sulit untuk memperoleh kotoran sapi yang tidak tercampur dengan bahan-bahan lainnya karena kandang sapi tidak didesain secara khusus untuk memisahkan faeses dan kencing (urin) sapi. Jadi kotoran sapi ini terdiri dari faeses, urin dan sedikit sisa-sisa pakan.
b. Kapur
Kapur digunakan sebagai sumber Calsium dan untuk meningkatkan pH tanah. Kapur yang digunakan adalah kapur untuk bangunan yang telah mati (tidak menimbulkan panas jika dicampur dengan air). Jumlah kapur yang digunakan untuk membuat pupuk organik ini adalah sekitar 5 % dari total bahan.
c. Serbuk gergaji
Serbuk gergaji merupakan limbah dari industri penggergajian kayu. Serbuk gergaji sebaiknya berasal dari kayu yang tidak keras dan tidak bergetah seperti kayu sengon. Jumlah serbuk gergaji yang digunakan sekitar 5 % dari total bahan.
d. Abu
Abu yang dimaksud adalah abu yang berasal dari pembakaran bahan organik, seperti abu dari pembakaran sekam padi, abu dari pembakaran jerami, maupun abu dapur yaitu abu hasil pembakaran kayu/ ranting untuk memasak. Jumlah abu yang digunakan sekitar 5 % dari total bahan.
e. Probiotik
Probiotik digunakan untuk mempercepat proses pengkomposan bahan-bahan organik. Jenis dan merek probiotik yang beredar di pasaran saat ini cukup banyak, masing-masing dengan promosi keunggulan dan cara penggunaannya. Pada kaji widya ini digunakan probiotik BIOSUP yang diproduksi oleh P4S Subur di Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.
2. Proses Pembuatan Pupuk Organik.
Yang perlu diperhatikan adalah tempat untuk membuat pupuk organik ini harus ternaungi sehingga tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung, dan tidak tergenang air jika hujan.
Proses pembuatan pupuk organik diawali dengan pencampuran BIOSUP dengan tetes dan air. BIOSUP merupakan koloni mikroba dalam kondisi non aktif, sehingga harus diaktifkan kembali dengan cara mencampur dengan tetes dan air. Dosis pencampuran adalah 1 liter BIOSUP, 2 kg tetes dan 200 l air, dicampur secara homogen dengan cara diaduk aduk, kemudian didiamkan selama sekitar 15 menit sebelum digunakan. Dosis ini dapat digunakan untuk membuat pupuk organik sebanyak 1 ton.
Kemudian campurkan dengan merata bahan-bahan yang lainnya. Untuk dapat mencampur dengan merata dibuat berlapis-lapis seperti ilustrasi berikut kemudian disisir dengan cangkul:
PROBIOTIK |
ABU |
KAPUR |
SERBUK GERGAJI |
KOTORAN SAPI |
PROBIOTIK |
ABU |
KAPUR |
SERBUK GERGAJI |
KOTORAN SAPI |
3. Mengamati Proses Perubahan Suhu.
Apabila proses dekomposisi terjadi, akan timbul panas. Panas yang timbul bisa mencapai 70 ° C sehingga akan mematikan biji-biji gulma yang ada pada bahan pupuk organik. Untuk meratakan panas yang timbul, maka tumpukan bahan pupuk organik harus dibalik. Pembalikan dilakukan seminggu sekali, sehingga selama proses pembuatan pupuk organik ini dilakukan 4 kali pembalikan.
4. Pengayakan
Setelah pembalikan ke 4, pupuk organik telah jadi yang ditandai dengan sudah tidak terjadi peningkatan suhu. Untuk memperoleh partikel pupuk yang sama, maka harus dilakukan pengayakan. Pengayakan bisa dilakukan dengan menggunakan kawat kasa yang berukuran lubang 1 x 1 cm.
5. Pengemasan
Setelah diayak, pupuk organik perlu dikemas untuk memudahkan dalam pengangkutan dan menambah keindahan sehingga menarik konsumen. Berat kemasan bervariasi dari mulai 5 kg sampai dengan karung plastik dengan berat 50 kg, tergantung dari permintaan konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar